Maskapai penerbangan berbiaya rendah asal Australia, Jetstar Airways, baru saja membanting harga tiketnya untuk penerbangan antara Australia dan Bali. Misalnya saja, untuk penerbangan kelas ekonomi antara Darwin dan Denpasar hanya dikenakan harga mulai dari A$ 99 sekali jalan dan A$ 549 di kelas bisnis. Promo ini berlaku untuk pembelian tiket hingga 24 Februari 2015 dengan waktu perjalanan mulai 7 Oktober hingga 17 Desember 2015.
Sayangnya, program banting harga tiket dari Jetstar ini tidak mendapatkan sambutan baik dari warga Australia. Mereka malah mengecam tindakan promosi Jetstar sebagai hal yang tidak sensitif terhadap perasaan warga Australia. Seperti diketahui, dua warga negara Australia akan dihukum mati oleh Pemerintah Indonesia karena terlibat dalam kasus narkoba. Pemerintah Australia mengecam hukuman mati itu dan meminta Indonesia membatalkannya. Malah Australia sempat mengancam akan memboikot kunjungan wisatawan Australia ke Bali jika tetap melakukan eksekusi mati terhadap warganya.
Terkait dengan promosi tiket Jetstar ke Bali ini juga sudah ramai diperbincangkan di media sosial seperti Twitter dan Facebook. “Ketika ada tekanan kepada Indonesia untuk menghentikan eksekusi ini mulai bekerja, Jetstar merilis tiket penerbangan super murah ke Bali. Apakah Anda akan pergi?”kata Garry Parmenter, salah seorang warga negara Australia, di jejaring sosial Facebook seperti dilansir Perth Now.
Meskipun mendapatkan banyak kecaman dan ada kampanye “Boycott Bali” di jejaring sosial, Jetstar mengatakan tidak akan membatalkan program promo tersebut. Pihak agen perjalanan juga mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda wisatawan dari Australia terpengaruh dengan kampanye itu, karena Bali masih tetap menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat populer bagi warga Australia.
Perwakilan dari Federasi Agen Perjalanan Australia Jayson Westbury menuturkan, mungkin tidak akan ada efekapapun yang terlihat dalam waktu beberapa bulan ke depan. “Jika terjadi hal-hal seperti bencana alam atau serangan teroris, dampak pemesanan bisa terjadi dalam waktu singkat. Ini mungkin tidak akan terjadi banyak pengurangan (kunjungan) hingga akhir tahun sampai kita tahu apakah orang-orang memesan liburan ke tempat lain sebagai akibat dari eksekusi,” ungkapnya.
Westbury melanjutkan, wisatawan sudah mengerti kalau Indonesia merupakan negara yang menerapkan hukuman mati pada kasus kriminal tertentu. Hal yang sama juga terjadi di Uni Emirate Arab dan beberapa negara bagian di Amerika. Sehingga, eksekusi mati dua warga negara Australia tidak akan mengurangi jumlah kunjungan wisatawan Australia ke Bali.
Juru bicara Flight Centre Haydn Long juga menegaskan tidak ada bukti penurunan pemesanan tiket pada penerbangan ke Bali. Menurut Long, wisatawan biasanya datang ke agen perjalanan dan mengatakan akan ke Fiji karena sedang tidak ingin pergi ke Bali, bukan karena permasalahan eksekusi warga Australia atau aksi kampanye “Boycott Bali”. Sementara itu, juru bicara cheapflight.com.au mengatakan bahwa Bali merupakan salah satu destinasi yang paling populer dalam pencarian di situs itu. “Saya tidak melihat adanya penurunan besar untuk saat ini,” kata dia.
Bali memang telah menjadi destinasi liburan terfavorit bagi wisatawan Australia. Berdasarkan data dari Biro Statistik Australia, setiap bulannya ada sekitar 100.000 wisatawan asal Australia yang pergi ke Indonesia, dengan sebagian besar menuju ke Bali.
sumber : indo-aviation.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar