Salah satu pekerja sedang meletakkan sate yang telah selesai dibakar di tempat usaha Almarhum H Tukri Sobikun di Kelurahan Nologaten, Ponorogo. |
Pedagang sate yang paling terkenal adalah almarhum Haji Tukri Sobikun. Depot miliknya yang kini dikelola Hajjah Siti Amini, 64 tahun, istri Tukri sudah dua kali dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarganya. Politisi nasional seperti calon presiden dari koalisi yang dipimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie pernah makan di tempat itu.
Kalangan artis seperti Ahmad Dani, Uya Kuya, Chika Jessica, dan Hijau Daun Band juga sudah mencicipi sate ayam di depot milik keluarga Tukri Sobikun. Foto saat mereka berkunjung terpajang di dinding tempat makan ini. "Sebenarnya masih banyak artis yang ke sini tapi tidak sempat difoto, seperti Nidji dan Slank," kata Siti, Kamis, 12 Juni 2014.
Kedatangan para publik figur ke depot sate ayam ini tak luput dari citarasa yang ditawarkan. Daging, kulit, jerohan yang telah dibakar rasanya empuk dan gurih. Perbedaannya dengan sate sejenis dari dari daerah lain adalah irisan dagingnya yang memanjang dan tidak menyerupai dadu.
Untuk membuat sate memiliki kekhasan seperti ini ada beberapa tahapan yang dilalui. Daging yang telah diiris memanjang dicampur bumbu rempah-rempah, yaitu bawang merah, bawang putih, lengkuas, ketumbar, jinten, kemiri, garam, dan gula kelapa.
Rampung dibumbui, daging ditusuk dengan lidi. Kemudian sate dibakar sembari dicelupkan cairan gula kelapa hingga dua kali. Proses ini dilakukan oleh sejumlah pekerja pria yang juga warga yang tinggal di Gang Sate. "Untuk proses pembakarannya membutuhkan waktu 15 menit," kata Siti kepada Tempo.
Sebelum diantar ke meja tamu, sate disiram dengan sambal campuran dari kacang tanah, garam, sedikit cabe, dan garam. Rasa sambal seperti digunakan sebagai pelengkap gado-gado ini lembut di lidah dan tidak terlalu pedas. Bagi konsumen yang suka pedas tinggal menambahkan sambal penuh cabe yang disiapkan di meja makan. Pelengkap lainnya adalah irisan bawang merah dan kecap yang juga ditata di meja pengunjung. Sate bisa dimakan dengan lontong maupun nasi.
Sate ini juga bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh asalkan tidak disiram dengan sambal kacang. Dalam kondisi ini, menurut Siti, daya tahan sate hingga dua hari. "Sambal kacang yang telah telah dihaluskan, kami bawakan dan satenya dibungkus besek," ujar Siti. Bungkus besek, ia melanjutkan, digunakan untuk pembelian minimal 30 tusuk sate. Kalau yang 10 hingga 20 tusuk sate hanya dibungkus dengan kertas.
Di depot Siti tingkat penjualannya cukup tinggi. Menurut dia, jumlah sate yang terjual berkisar antara 7.000 hingga 8.000 tusuk per hari. Ada pun jumlah ayam yang dipotong mencapai 105-120 ekor per hari. Penjualan itu akan meningkat saat akhir pekan, hari libur nasional, dan libur Lebaran yang dalam sehari bisa menghabiskan 12 ribu tusuk sate.
Sunardi Sobikun, 60 tahun, adik ipar Hj Siti Amini, mengatakan selain di Gang Sate pusat penjualan sejenis ada di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan dan Kelurahan Purbosuman, Kecamatan Ponorogo. Namun, menurut dia, tingkat penjualan yang paling tinggi ada di Gang Sate, khususnya di depot Tukri Sobikun.
Sumber:Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar