Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah mengalami pelemahan hingga mencapai di atas Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ini dikhawatirkan akan mengganggu kinerja keuangan maskapai penerbangan di Indonesia.
Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia mengakui bahwa sebagian besar pengeluaran maskapai penerbangan dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat, sedangkan sebagian besar pendapatan dalam bentuk rupiah. Menurut Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia Pujobroto, pengeluaran dalam bentuk dolar bahkan mencapai 70 persen dari total pengeluaran perusahaan. “Kebanyakan memang dolar Amerika Serikat seperti avtur, perawatan, spare part, sewa pesawat, dan lainnya,” kata dia.
Pujobroto menuturkan, belakangan ini memang terjadi penurunan harga bahan bakar pesawat atau avtur yang cukup signifikan, sehingga lumayan membantu bagi kinerja keuangan maskapai penerbangan. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cukup signifikan membuat biaya operasional perusahaan tetap mengalmai peningkatan.
Oleh karena itu, Garuda Indonesia sudah menyiapkan strategi dalam mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Tiga strategi itu adalah revenue generator, cost efficiency, dan reprofiling. Strategirevenue generator dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi untuk rute yang dinilai menguntungkan, merevisi rute-rute merugi, meningkatkan kerjasama korporasi, dan beberapa lainnya. Reprofiling dilakukan dengan cara mendesain ulang utang agar lebih jangka panjang dan bunga rendah. Sementara cost efficiency dilakukan banyak cara salah satunya dengan melakukan lindung nilai (hedging) beberapa biaya termasuk bahan bakar avtur. “Dengan tiga strategi itu kita yakin bisa menghadapi berbagai situasi termasuk gejolak nilai tukar,” ucapnya.
sumber : indo-aviation.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar