Direktur utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang baru, Arif Wibowo mengaku sudah punya strategi untuk menekan potensi kerugian perusahaan. Rendahnya tingkat keterisian kelas bisnis disebut-sebut menjadi salah satu potensi kerugian.
Menurut Arif, kursi kelas bisnis pesawat Garuda Indonesia tidak selalu terisi penuh. Karena itu dia memilih memaksimalkan kelas ekonomi. Ini diyakini bisa memperkecil potensi kerugian, sekaligus menggenjot pemasukan.
"Ada cost utilisasi pesawat. Kita lagi pertimbangkan reconfiguration (menata ulang) kursi kelas bisnis dan kelas ekonomi," ujar Arif di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (12/12).
Menurut Arif, ditambahnya kursi kelas ekonomi akan menjadi peluang bagi Garuda Indonesia menjaring penumpang.
"Beberapa tingkat isian kelas bisnis hanya separuh. Kita coba memperluas kelas ekonomi. Akan turunkan per unitny. Artinya volume lebih besar sehingga cost per seat turun. Turunkan unit cost berikan peluang bertahan dari gempuran pesaing. Biaya murah, kok, artinya kita bertahan dari pesaing," jelas dia.
Meski memaksimalkan kursi ekonomi, Garuda akan tetap menerapkan sistem full service bagi penumpang. Baik penerbangan domestik maupun internasional. Menurutnya, strategi ini sebagai bagian dari upaya menghadapi ketatnya persaingan di bisnis sektor penerbangan.
"Tapi yang paling penting adalah kita membangun Garuda sebagai sebuah grup holding company untuk memastikan daya saing kita meningkat. kita akan sangat konsen kepada penguatan cost structure kita itu harus punya level seminimum mungkin," ungkapnya.
Mantan CEO Citilink ini menyebut tantangan Garuda Indonesia adalah serbuan maskapai-maskapai asing. "Daya tahan terhadap gempuran airlines asing yang masuk ke wilayah-wilayah regional termasuk juga gempuran terhadap LCC di regional. Itu adalah ancaman2 nyata yang langsung masuk ke kita Garuda grup," tutup dia.
sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar