Menyusul
dikeluarkannya rekomendasi oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) terkait insiden Batik Air dan Transnusa di Bandara
Halim Perdana Kusuma, DPR meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
untuk meninjau ulang pemanfaatan Bandara Halim Perdana Kusuma untuk
penerbangan sipil yang merupakan hasil kesepakatan rapat kerja antara
Komisi V DPR dengan Kemenhub.
Ketua Komisi V DPR Fary Djemi Francis mengatakan bahwa Komisi V merekomendasikan evaluasi dan kajian yang lebih mendalam tentang pemanfaatan Bandara Halim Perdana Kusuma untuk penerbangan sipil selambat-lambatnya enam bulan sejak rekomendasi tersebut keluar.“Kami meminta Kemenhub untuk melakukan kajian komprehensif melihat kelaikan keselamatan apabila penerbangan sipil tetap dilaksanakan di Bandara Halim Perdana Kusuma,” katanya.
Ia juga mencatat ada sejumlah hal yang menjadi perhatian yaitu frekuensi penerbangan darurat bagi militer yang dikhawatirkan terhambat, serta infrastruktur yang perlu dibenahi.
“Angkasa Pura II terkesan terlambat melakukan perbaikan, itu bahaya kalau runway-nya rusak atau berlubang,” tambahnya.Menanggapi hal itu Menteri Perhubungan Ignasius Jonan akan mempertimbangkan apabila penerbangan sipil dikembalikan ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Jonan mengatakan bahwa masih menemui kendala untuk menambah frekuensi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta, karena hanya ada satu cross taxiway di sisi Barat. Dengan adanya tambahan cross taxiway di sisi Timur, maka pergerakan pesawat bisa ditingkatkan dari 72 pergerakan pesawat per jam saat ini. “Di London 140 pergerakan pesawat per jam, kita juga minta Airnav untuk menerapkan sistem automation flight plan,” katanya.
Ketua Komisi V DPR Fary Djemi Francis mengatakan bahwa Komisi V merekomendasikan evaluasi dan kajian yang lebih mendalam tentang pemanfaatan Bandara Halim Perdana Kusuma untuk penerbangan sipil selambat-lambatnya enam bulan sejak rekomendasi tersebut keluar.“Kami meminta Kemenhub untuk melakukan kajian komprehensif melihat kelaikan keselamatan apabila penerbangan sipil tetap dilaksanakan di Bandara Halim Perdana Kusuma,” katanya.
Ia juga mencatat ada sejumlah hal yang menjadi perhatian yaitu frekuensi penerbangan darurat bagi militer yang dikhawatirkan terhambat, serta infrastruktur yang perlu dibenahi.
“Angkasa Pura II terkesan terlambat melakukan perbaikan, itu bahaya kalau runway-nya rusak atau berlubang,” tambahnya.Menanggapi hal itu Menteri Perhubungan Ignasius Jonan akan mempertimbangkan apabila penerbangan sipil dikembalikan ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Jonan mengatakan bahwa masih menemui kendala untuk menambah frekuensi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta, karena hanya ada satu cross taxiway di sisi Barat. Dengan adanya tambahan cross taxiway di sisi Timur, maka pergerakan pesawat bisa ditingkatkan dari 72 pergerakan pesawat per jam saat ini. “Di London 140 pergerakan pesawat per jam, kita juga minta Airnav untuk menerapkan sistem automation flight plan,” katanya.