Batik Air, menjadi maskapai penerbangan paling tepat waktu
Anak perusahaan Lion Group yang bergerak di segmen penerbangan full service, Batik Air, menjadi maskapai penerbangan paling tepat waktu pada periode Juli-Desember 2015. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Perhubungan, tingkat ketepatan waktu atau on time performance (OTP) penerbangan Batik Air mencapai 91,21 persen dari total 25.617 penerbangan.
Posisi kedua ditempati oleh maskapai penerbangan NAM Air dengan OTP sebesar 90,61 persen dari total 9.103 penerbangan, diikuti oleh Garuda Indonesia dengan OTP 85,82 persen dari total 90.832 penerbangan. Sriwijaya Air berada di urutan keempat dengan OTP 82,85 persen, Indonesia AirAsia Extra di posisi kelima dengan OTP 82,40 persen, dan posisi selanjutnya secara berurutan ditempati oleh Citilink Indonesia 80,27 persen, Kalstar Aviation 74,89 persen, TransNusa Aviation Mandiri 72,06 persen, dan Wings Air 70,22 persen.
Sementara itu, maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, Lion Air, masuk ke dalam daftar empat maskapai penerbangan dengan tingkat ketepatan waktu paling buruk. OTP Lion Air sepanjang semester kedua 2015 mencapai 70,06 persen, disusul Travel Express (Xpress Air) 66,71 persen, Susi Air 65,04 persen, Trigana Air 54,25 persen, dan Aviastar Mandiri berada di urutan paling buncit.
Kementerian Perhubungan mengatakan bahwa keterlambatan penerbangan terjadi karena faktor teknis, faktor non-teknis, dan faktor cuaca. Untuk faktor teknis di luar kewenangan maskapai penerbangan, seperti bandara tidak dapat digunakan, landasan pacu retak, keterlambatan pengisian bahan bakar, hingga antrean lepas landas dan mendarat, menyumbang sebagai faktor penyebab sebesar 32,75 persen. “Faktor tersebut menyumbang 32,75 persen atau sebanyak 24.216 penerbangan dari total keterlambatan penerbangan ke-15 maskapai pada periode tersebut,” kata Kementerian Perhubungan.
Faktor kedua yang menyangkut masalah non-teknis, dalam artian keterlambatan penerbangan terjadi karena manajemen maskapai penerbangan itu sendiri, seperti kru datang terlambat, keterlambatan catering, keterlambatan menunggu penumpang yang sedang check-in, pesawat tidak siap, dan keterlambatan penanganan di darat berkontribusi sebesar 49,63 persen sebagai faktor keterlambatan.
Faktor cuaca menyumbang sebagai penyebab keterlambatan sebesar 15,84 persen, sedangkan faktor lain-lain, yaitu keterlambatan di luar faktor teknis, manajemen operasional maskapai penerbangan, dan cuaca, seperti kerusuhan atau demonstrasi di sekitar bandara, memberikan kontribusi sebesar 2,57 persen.
sumber : indo-aviation.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar